Kamis, 14 April 2016

GERPOLEK 1948: X - XI

X. PERANG RAKYAT

Perang di Indonesia bukanlah Perang yang dilakukan oelh Rakyat Indonesia dengan maksud hendak menindas bangsa Asing. Perang Rakyat Indonesia adalah sebaliknya, yaitu perang yang terpaksa dijalankan untuk menolak penindasarn Asing atas Rakyat Indonesia. Perang di Indonesia adalah Perang Kemerdekaan. Perang Kemerdekaan Indonesia tiada akan berharga sepeserpun bagi kaum Murba kalau hasilnya cuma menukar Pemerintah Asing dengan Pemerintah Putra Bumi. Kalau cuma menukar pemerintahannya orang berkulit putih dengan Pemerintah orang berkulit coklat. Pemerintah orang berkulit coklat akan langsung atau tidak langsung, cepat atau lambat menjadi Pemerintah Boneka, kalau 100 % kebun, pabrik, tambang, pengangkutan, dan Bank berada di tangan Asing, seperti di zaman “Hindia Belanda”.

Perang Kemerdekaan Indonesia baru berhasil, kalau sehabisnya Perang juga (bukan kelak dikemudian hari) 100 % para pemimpin Negara langsung dipilih dan bisa diberhentikan oleh Rakyat Indonesia. Dan kalau disamping Pemerintah yang 100 % Indonesia itu SEKURANGNYA 60 % kebun, pabrik, tambang, pengangkutan, Bank, dll DIMILIKI, DIKUASAI, DIURUS dan DIKERJAKAN oleh Negara dan Murba Indonesia. Ringkasnya Kemerdekaan Rakyat Indonesia baru TERJAMIN kalau Kemerdekaan POLITIK ada 100 % berada di tangan Rakyat Indonesia. Dan kalau Hak milik serta Kekuasaan atas EKONOMI modern sekurangnya 60 % berada di tangan Rakyat Indonesia pula. Bukan NANTI, melainkan SEKARANG juga! Ini berarti bahwa tak seorangpun anggota tentara atau polisi Belanda boleh tinggal dibagian mana saja di Indonesia! Ini pula berarti, bahwa semua harta benda MUSUH harus DISITA, di-beslag DIAMBIL-OVER, TANPA DIGANTI KERUGIAN. Penyitaan itu adalah cocok dengan Hukum Perang yang sudah diakui oleh Dunia International.

Mempertimbangkan empat anasir Perang (1) kebumian, (2) Persenjataan, (3) banyak orang (4) tempo, maka TEMPO itu adalah perkara yang amat penting bagi kita. Makin lama perang berlaku (yakni kalau Musuh terus menerus diserang!) makin habis orangnya, makin miskin negaranya, makin gelisah rakyatnya dan makin kehilangan kepercayaan dunia kepada musuh itu sebagai bangsa ceroboh (agresor).

Bandingkanlah:

1. CACAH JIWA
Belanda 7 juta, Indonesia 70 juta. 2. PERTANIAN
Negara Belanda datar buminya dan sejuk hawanya berhubung dengan itu, maka serdadu totok tak kuat turun naik gunung, apalagi di musim hujan atau panas. Serdadu Belanda (totok) harus didatangkan dari jauh yaitu 10.000 KM jaraknya dari Indonesia. Hal ini banyak memakan tempo dan belanja. Rakyat Indonesia biasa dengan hujan dan panas dan senang naik turun gunung dalam waktu apapun juga Prajurit Indonesia berada di kampung halamannya sendiri. 3. KEUANGAN.
Belanda sudah miskin lantara 5 tahun diperas dan diinjak-injak oleh Fasis Jerman, semakin hari semakin miskin, kalau di Indonesia tiada diberi kesempatan MEMBANGUN saban hari dia terpaksa memakai N.C f 3.000.000 (uang lama). Belanda tak akan dapat pinjaman lagi dari Amerika, kalau di Indonesia dia tak bisa MEMBANGUN yakni menjadi untung buat membelanjai serdadu dan kaki-tangannya. Kalau terus diserang, maka Belanda kian hari kian miskin melarat. Walaupun Rakyat Indonesia tiga setengah tahun lama diperas oleh Jepang dan dua tiga perempat tahun diblokir (dikepung) oleh Belanda dan dimana-mana dirampas hartanya oleh Belanda, tetapi Bumi Indonesia SEDIA memberikan cukup makanan pakaian dan senjata kepada prajuritnya. Kalau ekonomi Indonesia disesuaikan dengan keadaan perang, maka Rakyat Indonesia akan cukup menjamin hidupnya. 4. KESUSILAAN (moral).
Serdadu Belanda yang jauh dari ibu-bapak, anak-istri dan handai tolan, yang ditipu dikirim ke-Indonesia tak mempunyai tekad dan kebernaian untuk menghadapi perang yang lama pada bumi dan hawa yang asing dan sukar baginya. Prajurit Indonesia yang sudah insyaf akan Bahaya dan sedang melakukan pembelaan kampung halamannya sepatutnyalah mempunyai moral yang luruh, itulah yang dibutuhkan oleh perang yang lama dan sukar. Moral itu ternyata ada pada waktu enam bulan JAYA BERJUANG. 5. ORGANISASI DAN SIASAT.
Di zaman “Hindia Belanda” maka dalam hal organisasi dan siasat peperangan, memangnya Belanda jauh melebihi bangsa Indonesia. Sesudah dua tiga tahun lamanya mendapatkan latihan dalam organisasi serta latihan dan gemblengan yang hebat dalam hal ketentaraan, maka keprajuritan Rakyat Indonesia sudah menyamai kalau tidak melebihi keprajuritan Belanda.

Kalau kita ambil BALANS (perhitungan) dari pada perbandingan di atas dalam hal (1) cacah jiwa (2) kebumian (3) keuangan (4) kesusilaan dan (5) organisasi dan siasat, maka nyatalah sudah bahwa keuntungan adalah di pihak Rakyat Indonesia. Yakni, jikalau Rakyat Indonesia insaf akan perbandingan yang sebenarnya dan dengan sadar dan ulet mempergunakan semua keuntungan itu.

Kita tahu akan kekurangan kita dalam satu hal, ialah dalam hal PERSENJATAAN. Jadi dalam sekurangnya lima perkara kita berada dalam kelebihan, cuma dalam satu perkara saja kita berada dalam kekurangan! Tetapi dalam hal PERSENJATAAN-pun kita jauh dari pada harus berpangku tangan saja. Insyaflah, bahwa kita dari tingkat Laskar-Bambu-Runcing sudah sampai ke tingkat tentara yang bersenjata bedil, tommy-gun, mitralyur, mortir, meriam, dan pesawat udara. Sembarang prajurit dapat menceritakan pengalamannya menghadapi TANK dan pesawat terbang, ialah dua senjata yang menyebabkan KELEBIHAN tentara Belanda pada perjuangan di darat dan udara. (Perang laut adalah faktor (perkara) yang penting sekali untuk kita. Tetapi dalam PERANG KEMERDEKAAN ini Perang Laut itu bukanlah faktor yang terakhir bagi kita! Artinya itu, kalau kita dapat menang di darat tanpa menang di laut. Belanda akan terpaksa juga meninggalkan Indonesia! Belanda tak akan bisa hidup dengan air laut kita saja!).

Kembali kita kepada tank dan pesawat tadi! Tank biasanya dibiarkan saja oleh prajurit kita mondar-mandir di jalan raya. Tetapi tank cuma sanggup menguasai jalan Raya saja. Itupun kalau tiada berjumpakan barang peledak atau TORPEDO BERJIWA. Sebentar saja si-pengemudi tank mengeluarkan kepalanya keluar tank buat mencari makanan atau air minum, maka pada saat iu pula dia akan disambut oleh pelor atau ujungnya bambu-runcing. Tak sedikit tank yang rusak atau direbut oleh prajurit kita. Insyaflah bahwa semuanya senjata kita itu adalah senjata yang direbut dari tangan musuh.

Pesawat biasanya terbang tinggi. Dalam hal itu Sang Prajurit bisa meniarap di tanah tiada mendapat gangguan. Sekiranya pesawat itu terbang rendah SANG PRAJURIT segera mempergunakan mitralyur saja, ialah kalau dia tiada mempunyai alat penangkis serangan udara. Di stasiunnya di tanah pesawat itu selalu berada dalam bahaya kebakaran dan kemusnahan oleh barisan terpendam!

Pendeknya prajurit yang berpengalaman tiada menganggap tank dan pesawat itu sebagai KELEBIHAN MUTALAK-nya tentara Belanda. Kelebihan dalam kedua senjata itu dapat diatasi dengan kelebihan yang ada pada prajurit dan Rakyat Indonesia dalam sekurangnya lima perkara tersebut di atas.

KESIMPULAN:
Mengingat kelebihan kita dalam beberapa perkara yang penting tertentu dan kekurangan kita pula dalam beberapa perkara lain, maka timbullah pertanyaan dihati kita yakni:

SIASAT APAKAH YANG TERBAIK BUAT KITA UNTUK MEMPEROLEH KEMERDEKAAN 100 % ITU?
Mengingat pula, bahwa lebih kurang 700.000 mil persegi ruangan daratan Indonesia dan 4.500.000 mil persegi tanah dan air Indonesia dengan gunung, hutan dan rimba-rayanya, maka MUSTAHIL seribu kali MUSTAHIL, akan dapat direbut serta dipertahankan oleh 100.000 tentara Belanda itu, asal saja 70 juta Rakyat itu tetap menolak penjajahan dan prajuritnya terus menerus menyerang maka kita berani memutuskan, bahwa siasat yang terbaik buat kita ialah: Kalau kita terpaksa, kita buat sementara waktu akan menyerahkan sebagian DAERAH kita untuk memelihara prajurit dan senjata. Disamping itu kita akan mempergunakan TEMPO untuk memperlemah musuh dan memperkuat diri kita dengan PERSATUAN yang kokoh dalam politik, siasat-perang dan per-ekonomian yang semuanya didasarkan atas PERJUANGAN KELUAR yakni:

PERANG SELURUH RAKYAT JELATA KEPULAUAN INDONESIA TERUS MENERUS.

Tak ada tempat dan tempoh buat membangun dan BERISTIRAHAT bagi Belanda. Perang Rakyat, ialah Perang dalam semua lapangan hidup, ialah dalam perkara (1) Keprajuritan (2) politik, (3) ekonomi dll. Dalam tiga lapangan hidup itu kita harus mengadakan PERSATUAN yang erat di antara PEMEGANG tampuk perjuangan yang sesungguhnya pada tingkat sekarang ialah di antara KAUM MURBA, KAUM TANI, RAKYAT dan INTELLEKT DJEMBEL.  

XI. PERANG GERILYA

Sudah agak luas kami memberikan PEMANDANGAN tentangan peperangan. Dari pemandangan itu hendaknya kita sudah dapat mengambil sekadar PENGERTIAN yang berguna tentang sifat dan jenis, soal dan anasir, serta siasat dan hukum Perang. Pengertian semacam itu perlu pula buat menyelidiki Dasar Siasat yang cocok bagi kita, untuk menghalaukan musuhnya kemerdekaan kita, serta membentuk satu Negara kemakmuran serta kebudayaan Rakyat Murba. Dalam pemandangan tadi kita sudah mengenal beberapa dasar peperangan seperti termaktuf dalam (1) Perang Stelling (parit) (2) Perang Gerak Cepat dan (3) Perang Mundur Maju. Yang belum kita sebut, ialah dasar yang kita anggap terpenting dalam perang pembelaan kita sekarang. Dasar yang dimaksudkan terpenting itu, ialah DASAR GERILYA. Tetapi dasar GERILYA itu dalam hakekatnya sudah terkandung oleh Dasar (3), yakni Dasar Mundur Maju.

Dasar Perang Apakah yang baik kita pakai??

(1) TENTANGAN PERANG STELLING.
Perang stelling dalam arti luasnya tak dapat kita lakukan di Indonesia. Perang stelling dalam arti luasnya itu, ialah menduduki sekeliling pantai dari semua kepulauan Indonsia, besar dan kecil. Jadi berarti menduduki sekeliling pantai pulau Jawa, Sumatra, Kalimantan, Sulawesi dan ratusan pulau kecil-kecil. Menurut perhitungan ahli-bumi maka jumlah keliling semuanya pulau di Indonesia ini, adalah lebih kurang sama dengan lingkaran bumi kita ini. Buat membela pesisir, yang sepanjang itu dari depan ke depan dengan prajurit dan persenjataan lengkap semapai tak ada tempat terluang. Menurut syarat perang-stelling kita tiada mempunyai prajurit dan senjata. Tetapi seandainya kita mempunyai cukup prajurit dan senjata buat perang-stelling dalam arti luas itu, kitapun tak akan melakukannya. Karena tiada perlu tiap-tiap depa pesisir itu diduduki buat dibela. Sudahlah cukup kita membela tempat yang penting menurut siasat perang saja. Apalagi kalau kita sudah Merdeka kelak berhasil mengusahakan pembelaan yang lengkap modern dengan Armada, Angkatan Udara dan Angkatan Darat, maka pembelaan Indonesia tak akan didasarkan pada perang-stelling. Lini Maginot kita setelah Merdeka akan mempunyai industri-induk sendiri, terutama akan terletak di Udara dan Lautan. Lini itu bukanlah pula lini yang tetap-berhenti (statis), melainkan lini yang bergerak-berubah-ubah (Mobile). Ringkasnya: Perang-stelling dalam arti luasnya tak bisa kita lakukan di masa sekarangpun.

Tetapi dalam arti sempitnya, maka Perang Stelling itu sekarang ini memangnya terus berlaku dan banyak berlaku. Dimasa perang ini, sering kita mendengar Stelling disana atau disini yang kita bela mati-matian, kita tinggalkan atau kita rebut kembali. Stelling kita memangnya tiada tetap berhenti (statis) seperti stelling yang dibikin dari beton. Melainkan stelling yang maju mundur juga (mobile). Tetapi lebih berhenti dari pada bergerak. Stelling kita, seperti di Surabaya, Krawang dll, itu memang lebih sukar dibela, karena berada ditanah yang datar. Disana Stelling itu banyak bergerak mundur-maju. Tetapi jikalau di belakang stelling itu berada tanah pegunungan, maka stelling semacam itu akan lebih mudah dipertahankan, maka Pasukan Gerilya dapat melakukan penyerbuan ke tempat yang diduduki musuh terus menerus, sampai musuh terpaksa mundur.

Di Jawa, Sumatra, Kalimatan, Sulawesi dll banyak sekali pegunungan, yang memberi kesempatan untuk membikin parit-stelling, yang tak mungkin dapat direbut oleh Belanda. Karena terhadap stelling semacam itu Belanda tak sanggup lagi mempergunakan tank dan pesawat udaranya. Tanpa tank dan pesawat udara itu, maka Belanda, sama sekali tak berdaya menghadapi prajurit Indonesia, yang insyaf, terlatih dan bersenjata karabin, granat dan mitraliyur saja!

Di Pegunungan Aceh, Minangkabau dll, di Sumatera, di pegunungan Jawa Barat, Jawa Timur, dan Jawa Tengah, di Sulawesi Selatan dan Tengah, di pulau Kalimatan dll pulau kita (kalau mau!) dapat membuat stelling, yang sama menyebabkan musuh menggigit jari atau menggigit tanah dan akhirnya terpaksa pulang kembali ke negerinya atau berkubur dalam tanah kita, serta memberikan Rakyat Indonesia mengatur Masyarakat dan Negaranya sendiri.

Stelling itu akan lebih hebat, kalau dijadikan pangkalan bagi Pasukan Gerilya, yang terus menerus menyerbu ke segala jurusan.

(2) TENTANGAN PERANG GERAK CEPAT.
Perang Gerak Cepat dalam arti luasnya tak dapat dilakukan di Indonesia. Maksud kita ialah Gerak Cepat yang dilakukan buat memperoleh kemenangan yang terakhir. Atau untuk memperoleh satu keputusan Militer menjelang kemenangan terakhir. Di hari kemudian, di waktu Indonesia Merdeka sudah mempunyai Pembelaan modern, maka siasat Gerak Cepat, yang dipusatkan pada Angkatan Laut dan Udara itu, boleh jadi sekali salah satu siasat yang terpenting yang harus disediakan dan dilakukan.

Kita sebutkan SALAH SATU! sebab siasat yang lain ialah siasat Mundur-Maju, seperti yang dilakukan Fabius Funetator, atau siasat yang terutama dipakai oleh Inggris (the war of attritions: siasat memeras darah musuh) disamping siasat Gerak Cepat itu tetap penting pula buat Indonesia yang terdiri dari pulau-pulau, karena pulau-pulau yang dikelilingi oleh lautan itu tiada mengizinkan musuh begitu saja menyerbu dengan tiada mempersiapkan lebih dahulu armada dan Angkatan Udara yang sangat kuat buat mengangkut tentara penyerbunya. Dalam masa musuh mengadakan Persiapan itu kitapun mendapatkan tempoh yang cukup lama untuk mengadakan persiapan-persiapan pembelaan.

Kembali kita kepada siasat Gerak-Cepat di masa sekarang! Seperti sudah kita jelaskan di atas maka syarat yang pertama sekali buat siasat gerak cepat ialah kesanggupan dan kecepatan kita memusatkan prajurit serta senjata ke-urat-nadi Tentara musuh. Karena kekuarangan Alat Pengangkutan di laut dan di udara, maka kita tiada sanggup sama sekali melakukan pemusatan itu. Apalagi pula melakukannya dengan cepat!! Disamping keberatan itu ada pula keberatan lain. Musuh yang mempunyai alat pengangkutan di lautan dan di udara itu membagi-bagi pula kekuatan militernya di kepulauan Indonesia ini. Karena dia mempunyai alat pengangkutan yang perlu dipakai itu, maka dia dengan mudah pula bisa mengubah-ubah pusat pertahanannya atau pusat pembelaannya dengan memindah-mindahkan pasukannya.

Ringkasnya: Gerak Cepat dalam arti sempurna 100 % secara Veni, Vidi Vici-nya Julius Caesar, tiadalah dapat kita praktekkan dalam keadaan sekarang. Tetapi dalam beberapa Pusat pertempuran, ataupun kelak dalam semua pusat pertempuran Gerak Cepat itu dapat dijalankan. Dengan demikian, maka musuh tiada akan mendapat kesempatan buat memusatkan segala tenaganya pada salah satu tempat di depan salah satu pasukan kita. Bahwa untuk membela pasukannya, kalau tersepitpun, dengan jalan pindah-memindahkan pasukannya dari front yang aman ke front yang terancam musuh tiada pula akan mendapat kesempatan itu, teristimewa pula kalau siasat Gerak cepat itu dimana-mana saja diperkuat dengan Perang Gerilya terus menerus.

NAPOLEON DENGAN GERAK CEPAT.
Dalam hukum menyerang yang sudah kita bentangkan lebih dahulu maksud SIASAT GERAK CEPAT itu sudah nyata tercantum! Sekali lagi Hukum Menyerang itu kita sebutkan buat dicamkan. Bunyinya: DENGAN KODRAT TERPUSAT DENGAN CEPAT DAN DENGAN SEKONYONG-KONYONG MEMECAH GELANG RANTAI PERTAHANAN MUSUH YANG LEMAH DENGAN MAKSUD MEMECAH-BELAHKAN HUBUNGANNYA ORGANISASINYA DAN AKHIRNYA MENGHANCUR LEBURKAN MUSUH ITU.

Tiga anasir yang terpenting dalam Hukum Menyerang itu ialah:
1. Anasir Kodrat Terpusat.
2. Anasir Cepat dan
3. Anasir sekonyong-konyong.

1. Anasir KODRAT TERPUSAT: Buat memusatkan tenaga di sekitar salah satu pasukan musuh, yang sudah ditentukan lebih dahulu maka Napoleon mempersiapkan perhubungan yang rapi-teratur. Semua jalan yang baik menuju ke urat-nadi musuh itu dan semua alat kendaran harus sewaktu-waktu dapat dipergunakan selancar-lancarnya. Dalam hal ini, maka perkara lalu-lintas dan alat-kendaraan adalah anasir yang terpenting.

2. Anasir CEPAT. Buat bergerak dengan cepat, maka para prajurit dari Pasukan Penyerbu itu haruslah berpakaian, berbekal dan bersenjata SE-ENTENG-ENTENGNYA. Janganlah sedikitpun juga gerak-geriknya dapat diperlambat oleh beban yang ada pada badannya! Ringkasnya: Prajurit penyerbu itu haruslah setiap detik siap buat berangkat ke arah yang diperintahkan dengan kecepatan seperti kilat halilintar. Jadi buat menyelenggarakn kecepatan beban prajuritlah yang menjadi hal yang terpenting, ialah bersama-sama dengan hal perhubungan.

3. Anasir SEKONYONG-KONYONG! Dalam kedua anasir tersebut itu sudah tersembunyi pula anasir SEKONYONG-KONYONG, Kodrat terpusat, yang tahu-tahu sudah tiba menyerbu dari semua pernjuru itu amat menggetarkan membingungkan dan mengacaubalaukan musuh. Semua tempat yang lemah, yang dapat dikacaubalaukan dengan penyerbuan sekonyong-konyong (Geberraschung surprise) itu harus dilaporkan lebih dahulu oleh satu BADAN PENYELIDIK yang paling cakap. Dalam persiapan untuk melakukan penyerbuan yang sekonyong-konyong itu sampai musuh terperanjat kebingungan, maka BADAN DAN LASKAR PENYELIDIKANLAH yang mengambil bagian yang terpenting.

MAKSUD GERAK CEPAT.
Syahdan maka MAKSUD Gerak Cepat di Indonesia dalam keadaan seperti sekarang (17 Mei 1948) ialah untuk (1) menghancurkan pasukan musuh yang sedang bergerak, (2) menghancurkan pasukan musuh yang bersarang pada salah tempat dan (3) memperlindungi pasukan kita, yang sedang mengadakan SABOTASE besar-besaran pada salah satu daerah yang dikuasai oleh musuh.

SATU GERAK CEPAT.
Sebagai militer buat melakukan salah satu pada tiga kewajiban tersebut, menurut DASAR GERILYA sudahlah cukup SERIBU prajurit yang bersenjata api seperti karabin, mortir dan mitraliyur. Yang seribu bersenjata ini, sebagai SATUAN PASUKAN PELOPOR haruslah dibantu oleh LASKAR RAKYAT bersenjatakan BAMBU RUNCING dan GERANAT, yang lima sampai sepuluh kali sebesar pasukan polopor tadi. Jadi dengan lima sampai sepuluh ribu prajurit yang dipelopori oleh satuan GERAK CEPAT, terdiri dari seribu orang maka siasat Gerak Cepat sudah dapat diselenggarakan dengan besar sekali harapan buat mendapatkan hasil yang baik. Apalagi kalau pasukan Gerak Cepat itu dapat bersandar pada satu stelling yang teguh dipinggang gunung atau dipinggir kali, yang dikelilingi oleh rombongan desa siap sedia membantu, yang kita namakan saja DAERAH GERILYA.

3. TENTANGAN SIASAT GERILYA.

A. MAKSUD GERILYA.
Seperti sudah disebutkan lebih dahulu, maka siasat Gerilya itu termasuk siasat Maju-Mundur juga. Ini tiada berarti bahwa siasat Maju-Mundur itu cuma siasat Gerilya saja. Siasat Maju-Mundur itu juga boleh dilakukan oleh Tentara yang sadar dan Teratur sebagai salah satu siasat. Tetapi oleh Pasukan Pasukan Gerilya siasat Maju-Mundur adalah satu dasar yang terutama dan teristimewa.

Apakah dasar perang Gerilya itu?
Dasarnya ialah:
MAJU untuk menghancurkan musuh dan MUNDUR supaya jangan dihancurkan oleh musuh.

Memangnya ini dasar semua Peperangan! Tetapi Para Gerilya yang terdiri dari sedikit prajurit dan bersenjatakan sederhana saja, MENCAMKAN dasar maju itu dengan sekaligus! Maju-Mundur DIJALANKAN secara sekaligus pula.

B. TAKTIK GERILYA.
Siasat maju mundur akan lebih jelas lagi, apabila di bawah ini kita bentangkan beberapa taktik yang dengan setia harus dilakukan oleh Sang Gerilya. Taktik itu terutama: Lakukanlah serangan pura-pura. Jangan Bertempur di lapangan terbuka.

Mundurlah, kalau diserang oleh pasukan yang kuat.
Kepung dan hancurkanlah pasukan musuh yang kecil.
Pancinglah musuh ke dalam perangkap.
Terkamlah musuh dengan sekonyong-konyong.
Pusatkan tenaga ke urat nadi musuh!
Samberlah dengan cepat-hebat seperti kilat-petir!
Menghilanglah dengan cepat-tak-kelihatan seperti topan!

Taktik Gerilya yang kita kenal juga dengan perkataan tipu (perang) adalah berbagai ragam. Veteran Gerilya Aceh umpamanya tak akan putus-putusnya menceritakan pelbagai tipu yang dijalankan oleh para gerilya disana selama perang besar dan kecil dari tahun 1872 sampai 1908. Banyak sekali tipu yang dapat didasarkan kepada kepentingan hidup serdadu musuh. Serdadu musuh yang lapar boleh dipancing masuk perangkap piyeh seorang dua gerilya yang pura-pura mengangkat bahan makanan seperti sayur, padi, ayam, kerbau dll di depan musuh. Atau seorang dua gerilya berpakaian wanita bisa melenggang-lenggang di depan mata serdadu musuh!! Serdadu musuh yang kelaparan dalam segala-gala itu dapat dilucuti dan disingkirkan di sekitar perangkap yang sudah disiapkan lebih dahulu. Perang Gerilya di Tiongkok yang sudah berlaku puluhan tahun lamanya itu, serta sejarah perang kita sendiri sudah memberi bukti yang sejelas-jelasnya, bahwa taktik Gerilya itu bisa mendapatkan senjata apa saja dari musuh, walaupun SANG GERILYA sendiri cuma bermodalkan senjata bambu runcing saja.

C. SATUAN GERILYA.
Pasukan Gerilya yang terdiri dari LIMA PULUH orang, bersenjatakan karabin, bersama satu dua mortir atau mitraliyur sanggup mendapatkan hasil yang mengagumkan! Satuan Gerilya yang terdiri dari lima puluh orang itu, haruslah dijadikan PASUKAN PELOPOR untuk memimpin LASKAR RAKYAT yang lima sampai sepuluh kali sebesar itu, yang bersenjatakan bambu-runcing, golok, granat. Gabungan Laskar Gerilya Rakyat, yang terdiri dari tiga ratus sampai enam ratus orang itu adalah Pasukan Militer yang dahsyat buat menghancurkan CONVOOI (kiriman) dan pos musuh yang terdepan serta buat merampas gudang persenjataan musuh! Laskar Gerilya sebesar itu, apabila bisa bergerak-cepat (sekarang dia terdengar menyerbu disini, besok disana, cepat datang dan cepat hilang, sampai tiada kelihatan) adalah sampai membingungkan, menggelisahkan dan menakutkan musuh seolah-olah musuh berada dipinggir kawah gunung: Tak tahu kapan akan ditimpa mara bahaya.

D. BEBERAPA SIFAT SANG GERILYA.
Untuk melakukan semua gerakan yang cepat seperti kilat halilintar dan mengambil tindakan yang cepat penuh bahaya itu, haruslah Sang Gerilya mempunyai sifat yang istimewa pula, yang berhubungan dengan Akal, Perasaan, Kemauan, watak, serta Budi Pekerti. Tiada saja Sang Gerilya membutuhkan sifat itu sebagai seorang beritndak, tetapi juga sebagai seorang pemimpin pasukan.

Sang Gerilya haruslah dengan tenaga-tegap menghadapi musuh mempergunakan keadaan alam, tempat, tempo, orang dan senjata. Sang Gerilya sedang melakukan siasat maju-Mundur itu, tak mengenal putus asa, melainkan selalu memegang tekad-keberanian dan kepercayaan atas kemenangan, pantang menyerah, walaupun menghadapi ancaman dari semua penjuru.

Sang Gerilya yang berlaku seperti kakak kepada yang lebih muda seperti adik kepada yang lebih tua oleh karena kelebihannya serta pengetahuan atau kesanggupan. Tiap-tiap prajuritnya Sang Gerilya diterima perintahnya oleh Pasukannya buat dijalankan dengan segala ketaatan dan kecepatan.

4. SIASAT KOMBINASI.
Yang kita maksudkan dengan kombinasi (gabungan) ialah Kombinasi dari Siasat Perang Stelling, Siasat Gerak-Cepat dan Siasat Gerilya. Maksud Siasat Kombinasi itu ialah untuk mengatasi gerakan musuh yang bergabung pula. Seandainya musuh menduduki tiga benteng atau bergerak dari tiga pangkalan, yang satu sama lainnya bantu-membantu, maka kitapun harus mengadakan koordinasi dan kombinasi dalam pembelaan atau serangan kita. Dengan memakai satu stelling yang kuat atau dua tiga stelling yang di-koordinir sebagai pangkalan, maka kita pun dapat memajukan pasukan Gerak-Cepat atau Laskar Gerilya atau keduanya untuk mematikan gerakan musuh ataupun merebut benteng pertahanan musuh. Yang pentingnya dalam hal ini ialah koordinasi KOMBINASI dari beberapa pasukan yang kita majukan atau terpaksa dimundurkan. Jangan maju dengan tiada serempak dan jangan hendaknya mundur kacau balau! Satuan Siasat Kombinasi!

Sebagai satuan buat melakukan pembelaan atau penyerbuan yang di-koordinir dan di-kombineer itu perlulah dipakai satu DIVISI, yang bersenjatakan karabin, mortir dan mitraliyur. Satuan Kombinasi ini bisa dibantu oleh Laskyar Rakyat lima atau sepuluh kali sebesar itu. Dengan lima puluh ribu sampai seratus ribu tentara Kombinasi semacam itu kita akan sanggup membela atau merebut satu daerah atau provinsi. Terutama pula, kalau kita bisa mendapatkan satu daerah pegunungan sebagai pusat stelling satu daerah Gerilya sebagai membantu makanan dll. Dan satu Pasukan Gerak Cepat sebagai STOSS-TRUPPE (pelopor), maka sebagian besar dari tentara musuh akan terpaku atau terkubur disana! Apa lagi pula, kalau penyerangan Tentara Kombinasi itu serempak dan serentak dijalankan “frappe tojours!” pada 13 daerah di Indonesia (tiga di Jawa, tiga di Sumatera, tiga di Kalimantan, tiga di Sulawesi dan satu di Maluku), maka tentara Belanda yang kecil dan tak tinggi harga keprajuritannya itu niscaya akan menemui kecelakaan 13 pula.

Satu Daerah saja, ialah Aceh dibela oleh Sang Gerilya yang bersenjatakan rencong saja sudah Tak DAPAT seluruhnya ditaklukkan oleh belanda selama hampir empat puluh tahun!!! Apalagi Indonesia, kalau dipertahankan oleh seluruhnya Rakyat, dengan senjata yang jauh lebih lengkap, sambil mempergunakan semua siasat-perang, yang dipusatkan kepada SIASAT GERILYA itu!!!!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar